Nasibbekantan yang telah ditetapkan sebagai satwa maskot atau satwa identitas provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 1990 makin terancam kepunahan. Nasib bekantan yang telah ditetapkan sebagai satwa maskot atau satwa identitas provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 1990 makin terancam kepunahan. Selasa, 19 Oktober 2021; Lawu Jawa Tengah c. Jayawijaya, Irian Jaya 7. Satwa dirgantara yang ditetapkan sebagai satwa langka ialah . a. kasuari d. elang Jawa b. bangau e. cenderawasih c. kesturi 8. Flora asli yang terdapat di cagar alam Sibolangit (Sumatera Utara) ialah pohon . a. lebah d. rubah b. rebah e. rempah-rempah c. labah-labah 9. Sejak1992, burung ini ditetapkan sebagai maskot satwa langka Indonesia. Populasi Elang Jawa yang tersisa di seluruh Pulau Jawa diprediksi jumlahnya ada sekitar 325 pasang atau sekitar 600 ekor pada tahun. Yangpertama menyatakan bahwa ada 3 jenis satwa yang mewakili negara Indonesia yaitu komodo sebagai satwa nasional ikan seluk merah sebagai satwa pesona dan elang jawa sebagai satwa langka. Bunga langka di indonesia yang terkenal di dunia adalah. 4 Tahun 1993 adalah sebagai berikut. Padma Raksasa Rafflesia Arnoldi sebagai puspa langka. Terjemahanfrasa SATWA LANGKA dari bahasa indonesia ke bahasa inggris dan contoh penggunaan "SATWA LANGKA" dalam kalimat dengan terjemahannya: Kami melindungi satwa langka yang ditemukan di area perkebunan, 1cvOl. ABSTRAK Indonesia adalah negara yang memiliki banyak variasi satwa yang tersebar di seluruh kepulauan dan memiliki keanekaragaman yang berbeda-beda. Namun, pada kenyataannya, kekayaan ini tidak diimbangi dengan kepedulian dan keingintahuan masyarakat mengenai keberadaan dan kelestariannya. Hal ini dapat disebabkan karena media yang menampung informasi satwa ini sangatlah sedikit. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka lama kelamaan keberadaan satwa tersebut akan menjadi punah. Dengan demikian diperlukan sebuah media yang mampu merekam data sebaran satwa yang di lindungi di Indonesia. Data satwa ini dapat berupa nama ilmiah dan lokasi satwa tersebut dipelihara. Oleh karena itu penelitian ini mengimplementasikan Sistem Informasi Geografis SIG berbasis Google API sebagai media yang mampu mendata sebaran satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia. Adanya SIG yang dapat merepresentasikan sebaran data satwa dalam bentuk peta dapat memudahkan pengaksesan informasi dan menampilkan lokasi mengenai sebaran satwa langka di Indonesia. SIG yang dibangun dalam penelitian ini memiliki tiga user yaitu administrator, lembaga konservasi yang berperan sebagai kontributor, dan masyarakat sebagai pengunjung web. Fitur yang dimiliki oleh SIG ini antara lain adalah fitur pencarian informasi satwa, pencarian lokasi satwa langka, dan penanda lokasi pada kunci Google API, Satwa Langka, Sistem Informasi Geografis. ABSTRACT Indonesia is a country that has a lot of variety of animals. In fact, they are scattered throughout the islands and has a big diversity in them. However, the wildlife animals were not a concern of the public at all. It can be caused by media that holds the information of this animal is not well. If this is allowed to drag on, then over time the number of these animals will become extinct. Because of this, it is needed to build a media that capable to recording data or information about the distribution of wildlife in Indonesia. This information can be their scientific name and where they lived. Therefore, this study implements a Geographic Information System GIS based Google API as a media that is able to record the distribution of species protected by the Indonesian government. GIS can presents the distribution of animals in maps. The SIG can be used by three users, that is administrator, conservation organizations as a contributor, and society as a web visitor. The features that we can use are searching wildlife information, searching location of endangered species, and marking location on the Geographic Information Systems, Google APIs, Rare Animals. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Efendi, Izzah, dan Sudarmaji — Sistem Informasi Geografis untuk Pendataan Sebaran Satwa ... pISSN 2087-8893 eISSN 2527-3671 55 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS UNTUK PENDATAAN SEBARAN SATWA LANGKA DI INDONESIA Fery Sofian Efendi1, Abidatul Izzah2, dan Sudarmaji3 1, 2,,3Teknik Informatika, Politeknik Kediri Jl. Mayor Bismo No. 27, Mojoroto, Kediri, Jawa Timur e-mail sudarmajikdr ABSTRAK Indonesia adalah negara yang memiliki banyak variasi satwa yang tersebar di seluruh kepulauan dan memiliki keanekaragaman yang berbeda-beda. Namun, pada kenyataannya, kekayaan ini tidak diimbangi dengan kepedulian dan keingintahuan masyarakat mengenai keberadaan dan kelestariannya. Hal ini dapat disebabkan karena media yang men-ampung informasi satwa ini sangatlah sedikit. Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut, maka lama kelamaan keberadaan satwa tersebut akan menjadi punah. Dengan demikian diperlukan sebuah media yang mampu merekam data sebaran satwa yang di lindungi di Indonesia. Data satwa ini dapat berupa nama ilmiah dan lokasi satwa tersebut dipelihara. Oleh karena itu penelitian ini mengimplementasikan Sistem Informasi Geografis SIG berbasis Google API sebagai media yang mampu mendata sebaran satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia. Adanya SIG yang dapat merepresentasikan sebaran data satwa dalam bentuk peta dapat memudahkan pengaksesan informasi dan menampilkan lokasi mengenai sebaran satwa langka di Indonesia. SIG yang dibangun dalam penelitian ini memiliki tiga user yaitu administrator, lembaga kon-servasi yang berperan sebagai kontributor, dan masyarakat sebagai pengunjung web. Fitur yang dimiliki oleh SIG ini antara lain adalah fitur pencarian informasi satwa, pencarian lokasi satwa langka, dan penanda lokasi pada map. Kata kunci Google API, Satwa Langka, Sistem Informasi Geografis. ABSTRACT Indonesia is a country that has a lot of variety of animals. In fact, they are scattered throughout the islands and has a big diversity in them. However, the wildlife animals were not a concern of the public at all. It can be caused by media that holds the information of this animal is not well. If this is allowed to drag on, then over time the number of these animals will become extinct. Because of this, it is needed to build a media that capable to recording data or infor-mation about the distribution of wildlife in Indonesia. This information can be their scientific name and where they lived. Therefore, this study implements a Geographic Information System GIS based Google API as a media that is able to record the distribution of species protected by the Indonesian government. GIS can presents the distribution of animals in maps. The SIG can be used by three users, that is administrator, conservation organizations as a contributor, and society as a web visitor. The features that we can use are searching wildlife information, searching location of endangered species, and marking location on the maps. Keywords Geographic Information Systems, Google APIs, Rare Animals. I. PENDAHULUAN NDONESIA adalah negara tropis yang kaya akan berbagai sumber daya alam salah satunya adalah satwa. Satwa langka di Indonesia tersebar di seluruh kepulauan dan memiliki keanekaragaman yang berbeda-beda. Satwa langka adalah hewan yang hampir terancam punah dari keberadaannya akibat dari keserakahan manusia yang melakukan penebangan hutan secara liar yang merupakan habitat dan ekosistem dari hewan tersebut. Selain itu, pembakaran hutan baik yang disebabkan oleh pemanasan global maupun adanya kesengajaan dari manusia itu sendiri dengan tujuan untuk memperluas area pertanian ataupun memperluas wilayah pemukiman juga dapat menyebabkan kepunahan satwa tersebut. Di sisi lain, banyaknya hiasan-hiasan yang menggunakan tulang belulang dari hewan dengan harga yang lebih mahal, menjadikan perburuan dan perdagangan hewan menjadi semakin meningkat tanpa mengindahkan punahnya keberadaan hewan tersebut. Hal-hal demikianlah yang menyebabkan angka kepunahan satwa semakin besar. Pada lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 [1], telah ditetapkan jenis-jenis satwa yang dilindungi. Jenis-jenis satwa yang ditetapkan sebagai jenis satwa yang dilindungi karena satwa tersebut mem-iliki nilai ekonomis yang tinggi dan jumlah persebarannya pada saat ini makin terancam kepunahan sehingga satwa tersebut akan menjadi langka. Pemeliharaan satwa yang seharusnya dilindungi oleh pemerintah dan masyarakat ini tidak diimbangi dengan kepedulian dan keingintahuan masyarakat mengenai keberadaan dan kelestariannya. Hal ini dikare-nakan informasi yang didapat oleh masyarakat tentang satwa sangat sedikit. Pada era ini, penyebaran informasi melalui buku ataupun media tulis lainnya masih belum cukup dalam meningkatkan rasa keingintahuan masyarakat. Kurangnya interaksi dan daya tarik menjadi nilai minus didalamnya. Jika informasi-informasi mengenai satwa yang ada di Indonesia itu tidak diketahui oleh masyarakat maka lama kelamaan keberadaan satwa tersebut akan menjadi langka. Dengan demikian diperlukan sebuah media yang mampu merekam data sebaran satwa yang dilindungi di Indonesia. Data satwa ini dapat berupa nama ilmiah dan lokasi satwa tersebut TEKNOLOGI - Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2016 55-60 pISSN 2087-8893 eISSN 2527-3671 56 dipelihara. Oleh karena itu penelitian ini akan mengimplementasikan Sistem Informasi Geografis SIG ber-basis Google API sebagai media yang bertujuan untuk mendata sebaran satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia. SIG merupakan sistem informasi yang khusus yang mengelola data yang memiliki informasi spasial letak geografis. Adanya SIG yang dapat merepresentasikan sebaran data satwa dalam bentuk peta dapat membantu dan memudahkan pengaksesan informasi dan lokasi mengenai satwa di Indonesia. II. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DAN GOOGLE API Sistem Informasi Geografis SIG atau Geographic Information System GIS menurut [2] adalah se-buah sistem informasi yang khusus mengelola data yang memiliki informasi spasial misalnya letak geografis suatu lokasi. Penggunaan SIG banyak diimplementasikan pada kasus yang memerlukan informasi lokasi. Pada [3], teknologi GIS digunakan untuk manajemen pariwisata demi meningkatkan ekonomi pariwisata suatu dae-rah, GIS yang dikembangkan untuk menyediakan informasi tempat wisata kepada turis disebut dengan Travel Geographic Information System TGIS. TGIS dikembangkan atas dasar database informasi geografis pari-wisata berfungsi untuk mengumpulkan data, menampilkan data-data terkait pariwisata seperti transportasi, akomodasi, tempat hiburan, pasar, dan karakteristik budaya daerah tersebut agar dapat memberikan layanan yang akurat dan nyaman untuk memenuhi kebutuhan yang berbeda dari setiap pengguna. Selain itu, imple-mentasi WebGIS untuk kepariwisataan juga telah diterapkan di Kabupaten Sumba Timur. Dalam implemen-tasinya pun WebGIS dapat memberikan informasi posisi daerah wisata secara lebih detail kepada pengunjung/wisatawan karena sampai mengandung informasi tingkat desa [4]. Tidak hanya itu, pemanfaatan SIG juga dapat digunakan untuk menganalisis genangan air hujan [5]. Dalam hal ini diterapan teknik penginderaan jauh, dengan menggunakan citra satelit Landsat ETM 7 sebagai alat bantu. Lebih lanjut, teknologi informasi digunakan untuk pengolahan data elektronik dengan SIG dan bantuan perangkat lunak tertentu software pengolah citra/ER Mapper maupun software SIG/AutoCad, MapInfo, ArcView. Secara umum, penerapan SIG erat kaitannya dengan penggunaan Google API karena dalam pembuatan aplikasi SIG bisa dikatakan bahwa Google API merupakan bagian dan framework yang digunakan. Google menyediakan berbagai Application Programming Interface API yang sangat berguna bagi pengembang web maupun aplikasi desktop untuk memanfaatkan berbagai fitur yang disediakan oleh Google. API secara seder-hana bisa diartikan sebagai kode program yang merupakan antarmuka atau penghubung antara aplikasi atau web yang kita buat dengan fungsi-fungsi yang dikerjakan [6]. Google API dapat dipelajari langsung melalui Google Code. Terdapat banyak API yang disediakan oleh Google, beberapa diantaranya adalah Language API untuk memanfaatkan fitur translation yang dimiliki Google, Earth API untuk memanfatkan fitur yang ada pada Google Earth, Maps API untuk memanfaatkan fitur yang ada pada Google Maps, Search API untuk memanfaatkan fitur pencarian pada Google Search, Visualization API membuat grafik maupun chart Google API. III. METODE PENELITIAN A. Analisa Kebutuhan Analisa kebutuhan sistem bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan hardware, software dan bahan yang akan digunakan dalam mendukung terbangunnya sistem serta fitur yang akan diimplementasikan dalam SIG. Analisis ini diperlukan sebagai dasar bagi tahapan perancangan sistem dan untuk mengamati bagaimana sistem akan berjalan. Dalam proses pembuatan SIG Satwa ini, dibutuhkan informasi mengenai satwa yang ada di Indonesia dan juga mencakup satwa yang dilindungi sesuai undang-undang. Data-data satwa dalam SIG ini diambil dari kontributor yaitu lembaga konsevasi atau kebun binatang yang memberikan data satwanya di aplikasi ini. Pengguna atau user pada aplikasi data satwa langka yang ada di Indonesia ini terdiri dari administrator, kontributor, dan pengunjung. User admin memiliki hak akses penuh dalam pengelolaan aplikasi data satwa ini, admin dapat melakukan penambahan dan edit data satwa, kategori satwa, provinsi dan pulau penyebaran satwa. Selain itu admin juga bisa memanajemen user yaitu menambah dan menonaktifkan user. User di sini bisa juga berarti admin lain atau kontributor. Berbeda dengan user admin, user kontributor memiliki hak akses menambah data satwa yang ada di aplikasi ini, dan melakukan modifikasi hanya sebatas data satwa yang telah ditambahkannya sendiri. Pada prakteknya, kontributor diperankan oleh lembaga konservasi. Sedangkan user pengunjung hanya mempunyai hak akses untuk melihat dan mencari data satwa yang ada di aplikasi ini. User pengunjung ini diperankan oleh masyarakat yeng mengakses SIG. Analisa kebutuhan selanjutnya adalah analisa non-fungsional yang mencakup kebutuhan perangkat lu-nak yang digunakan untuk membangun SIG. Perangkat lunak yang dibutuhkan dalam membangun SIG data satwa ini adalah Sistem Operasi Windows 7 Ultimate, Apache dan MySQL server, Macromedia Dreamweaver, SQLyog yang digunakan untuk pengelolaan database, dan browser Google Chrome. Efendi, Izzah, dan Sudarmaji — Sistem Informasi Geografis untuk Pendataan Sebaran Satwa ... pISSN 2087-8893 eISSN 2527-3671 57 B. Perancangan Sistem Perancangan pembuatan SIG Satwa Langka ini dimulai dengan merancang arsitektur sistem. Dari ana-lisa kebutuhan yang dilakukan sebelumnya, diperoleh informasi bahwa penggunaan aplikasi memiliki hubungan antara admin, pengunjung/masyarakat dan anggota/kontributor. Admin mengelola aplikasi dengan menambah, mengubah dan mengahapus data dari satwa langka, admin juga bisa menambah, mengubah dan menghapus data kontributor yang ada di aplikasi ini. Sebagai Kontributor di aplikasi data satwa ini bisa men-cari dan mempublikasi data-data satwa langka melalui media sosial Facebook, dan kontributor bisa menam-bahkan data satwa langka yang ada di tempat konservasi yang dikelolanya dan mungkin saja data satwa terse-but belum ada di aplikasi data satwa ini. Untuk pengunjung/masyarakat bisa melihat informasi mengenai satwa langka dan mempublikasikanya/share ke media sosial, kemudian bisa juga mencari satwa langka berdasarkan pulau, provinsi, atau dengan mengunakan pencarian per kategori satwa dan kata kunci sehingga di pencarian data satwa lebih maksimal. Dengan demikian, arsitektur SIG Satwa Langka Indonesia dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Arsitektur Sistem Informasi Geografis Satwa Langka Setelah merancang arsitektur sistem, disusunlah diagram konteks yang merupakan level tertinggi dari Data Flow Diagram DFD. DFD adalah diagram yang menggambarkan secara luas tentang seluruh input-output dalam sistem informasi geografis ini [7]. Diagram konteks yang dibangun seperti yang digambarkan pada Gambar 2. Gambar 2 diatas merupakan proses diagram konteks yang menjelaskan proses berjalannya admin, kontributor dan masyarakat di dalam SIG data satwa secara umum. Untuk admin mempunyai user dan pass-word untuk login selain itu tugas admin disini untuk mengolah data satwa, data kategori, data lokasi, dan data yang dibutuhkan lainnya, sedangkan untuk kontributor hampir sama hanya saja hak aksesnya sebatas menam-bhakan data satwa saja. Dan masyarakat hanya bisa melihat dan mencari data satwa. Selanjutnya perancangan basis data SIG diwujudkan dengan penyusunan Entity Relationship Diagram ERD. ERD menunjukan informasi yang dibuat, disimpan dan digunakan dalam sebuah sistem aplikasi. Selain itu ERD juga digunakan untuk menunjukan aturan-aturan alur dari basis data yang ada diimplementasikan ke aplikasi tersebut. Secara umum ERD ini juga dapat digunakan untuk memodelkan kebutuhan data dari suatu organisasi, biasanya oleh system analys dalam tahap analisis persyaratan proyek pengembangan sistem [8]. Pada ERD di penelitian ini dijelaskan proses kinerja SIG data satwa, di mana admin dapat mengelola banyak data satwa dari semua jenis kategori satwa yang diproses pada aplikasi data satwa. Selain itu admin juga mengelola users, manajemen file, manajemen users dan mengatur identitas website aplikasi data satwa ini dan juga dapat mengelola identitas pada bagian users. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pendataan Satwa pada Sistem Informasi Geografis GIS Pendataan satwa yang mengandung informasi satwa dan letak geografis dilakukan oleh pihak kontributor seperti lembaga konservasi atau kebun binatang. Pada proses input data satwa pada SIG data satwa, TEKNOLOGI - Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2016 55-60 pISSN 2087-8893 eISSN 2527-3671 58 diharuskan mengisi form isian yang telah disediakan yang terdiri dari judul nama satwa, kategori satwa, pulau, status konservasi satwa, foto satwa, dan deskripsi mengenai satwa tersebut. Form informasi satwa yang kemudian dirangkum oleh SIG dapat dilihat pada Gambar 3. Selanjutnya untuk menampilkan marker penyebaran satwa tersebut maka pilih semua lokasi provinsi di mana satwa tersebut berada. Proses pendataan sebaran lokasi satwa yang dimasukkan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 2. Diagram Konteks Gambar 3. Proses Pendataan Satwa oleh kontributor SIG data satwa ini menggunakan peta dari Google Maps untuk menentukan lokasi di mana tempat satwa langka berada. Peta yang ada pada SIG data satwa ini adalah peta statik yang menampilkan marker sesuai lokasi penyebaran satwa. Hasil sebaran lokasi satwa yang dimasukkan berdasarkan pilihan provinsi ini dijadikan sebagai icon marker pada SIG data satwa ini. Misalnya Gambar 4 menunjukkan tampilan hasil dari pemilihan provinsi yang ditempati oleh Harimau Sumatera. Lokasi satwa pada peta ditandai dengan marker berupa icon. B. Implementasi SIG pada Sebaran Satwa Implementasi merupakan tahap pengembangan rancangan menjadi kode program. Bagian utama implementasi adalah penjabaran dari rancangan aplikasi yang sudah dibuat menjadi menjadi sebuah SIG berbasis web yang diimplementasikan dalam kode program atau syntax bahasa pemrograman PHP dan menggunakan CSS Framework Bootstrap. SIG yang telah dibangun memiliki tampilan awal yang mempunyai menu koleksi satwa dan pencarian satwa. Lebih lanjut, tampilan antar muka awal SIG ini dapat dilihat pada Efendi, Izzah, dan Sudarmaji — Sistem Informasi Geografis untuk Pendataan Sebaran Satwa ... pISSN 2087-8893 eISSN 2527-3671 59 Gambar 5. Selanjutnya pada menu pencarian, user dapat untuk mencari lokasi satwa secara geografis dengan menampilkannya pada peta. Titik peta dengan penanda merupakan titik lokasi di mana satwa yang dicari berada. Sebagai contoh pencarian satwa dengan nama ilmiah Buceros Rhinoceros ditampilkan oleh SIG seperti pada Gambar 6. Gambar 4. Tampilan Sebaran Lokasi Harimau Sumatera Gambar 5. Tampilan Awal Sistem Informasi Geografis Satwa Langka di Indonesia Gambar 6. Hasil Pencarian Sebaran Hewan Buceros Rhinoceros di Indonesia V. KESIMPULAN Sistem Informasi Geografis SIG atau Geographic Information System GIS adalah sebuah sistem informasi yang khusus mengelola data yang memiliki informasi spasial misalnya letak geografis suatu lokasi. SIG yang merangkum data satwa langka ini dapat membantu masyarakat dalam memberikan informasi mengenai satwa langka di Indonesia yang dilindungi oleh undang-undang. SIG data satwa ini memberikan informasi data satwa ke dalam bentuk peta dan berbasis web. SIG ini dapat diakses oleh tiga user yaitu administrator, lembaga konservasi yang berperan sebagai kontributor, dan masyarakat sebagai pengunjung web. Fitur yang dimiliki oleh SIG ini antara lain adalah fitur pencarian informasi satwa, pencarian lokasi satwa langka, dan penanda lokasi pada map. Data satwa pada SIG ini dapat berasal dari lembaga konservasi dan TEKNOLOGI - Volume 6, Nomor 1, Januari-Juni 2016 55-60 pISSN 2087-8893 eISSN 2527-3671 60 kebun binatang. Selanjutnya pada SIG ini perlu adanya kerjasama yang luas dari berbagai lembaga konservasi satwa atau kebun binatang, sehingga SIG ini benar-benar bisa menjadi aplikasi yang menjadi sumber rujukan yang valid, dan dapat dipertanggung jawabkan kebenaran atas data-data satwa yang ada pada aplikasi data satwa ini. VI. DAFTAR PUSTAKA R. Indonesia, “Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa,” Menteri Negara Sekretaris Negara Republik Indonesia, Jakarta, 1999. E. Prahasta, Sistem Informasi Geografis – Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi & Geomatika, Bandung INFORMATIKA, 2009. W. Wei, "Research on the Application of Geographic Information System in Tourism Management," in 2011 International Conference of Environmental Science and Engineering, 1104-1109, 2012. A. R. Tanaamah dan R. Wardoyo, “Perancangan Dan Implementasi Webgis Pariwisata Kabupaten Sumba Timur,” JURNAL INFORMATIKA, vol. 9, no. 2, pp. 150-158, 2008. S. S. Sayogo, S. W. Mudjonarko dan F. Hardaningrum, “Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Menganalisis Genangan Air Hujan,” NEUTRON, vol. 9, no. 2, pp. 43-56, 2009. A. M. Pelupessy, Y. D. Y. Rindengan dan P. D. K. Manembu, “Aplikasi Pemetaan Bangunan Berizin Di Kota Manado,” E-journal Teknik Informatika, vol. 7, no. 1, pp. 1-6, 2016. R. S. Pressman, Software Engineering A Practitioners Approach, New McGraw-Hill, 2010. M. Brady and J. Loonam, "Exploring the use of entity-relationship diagramming as a technique to support grounded theory inquiry," Qualitative Research in Organizations and Management , vol. 5, no. 3, pp. 224-237, 2010. ... Penelitian mengenai pengembangan sistem informasi geografis yang berhubungan dengan pemetaan satwa pernah dilakukan oleh Efendi [8]. Pemetaan dilakukan untuk memetakan persebaran satwa langka di Indonesia. ...Kebun binatang merupakan tempat yang memiliki peran strategis terhadap aspek konservasi satwa, sosial ekonomi masyarakat, maupun lingkungan. Kebun Binatang Bandung sebagai salah satu kebun binatang di Indonesia sudah seharusnya dapat dikelola dengan baik dengan memberikan fasilitas pelayanan yang mumpuni. Namun pada saat ini Kebun Binatang Bandung masih belum memiliki fasilitas layanan petunjuk arah, peta, dan informasi satwa yang memadai. Hal tersebut melatarbelakangi adanya penelitian pengembangan aplikasi Sistem Informasi Geografis Kebun Binatang Bandung ini. Tujuannya agar pengunjung Kebun Binatang Bandung dapat lebih mudah dan nyaman dalam menjelajahi kebun binatang, serta bisa mendapatkan informasi lebih dalam mengenai satwa yang dilihatnya. Pengembangan aplikasi menggunakan metode pengembangan perangkat lunak Prototype yang dinilai baik untuk pengembangan aplikasi berskala kecil. Metode Prototype terdiri dari lima tahap pengembangan yakni Communication, Quick Plan, Modeling Quick Design, Construction of Prototype, dan Deployment Develivery Feedback. Sementara itu, aplikasi dibuat berbasis Progressive Web Application PWA yang mudah diakses namun tetap memberikan fitur-fitur yang menarik layaknya aplikasi native. Hasil pengembangan aplikasi kemudian diujicobakan dengan menggunakan metode System Usability Scale SUS dan Retrospective Think Aloud RTA. Dari hasil pengujian, didapat didapat nilai usabilitas sebesar 81,43 Skor SUS yang tergolong ke dalam kategori Acceptable. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aplikasi ini diterima dan layak untuk digunakan.... Augmented Reality AR merupakan teknologi yang dapat menggabungkan dunia nyata dan dunia virtual serta dapat menambahkan dunia nyata dengan objek-objek maya di dalamnya [2]. Pada umumnya aplikasi Augmented Reality memerlukan marker khusus untuk menjalankannya. ...Christian O. KarundengDringhuzen J. MamahitBrave A. SugiarsoAbstrak - Augmented Reality merupakan suatu teknologi yangdapat dimanfaatkan dalam pengembangan aplikasi saat ini,dengan adanya Augmented Reality pengguna akan mendapatkanbentuk visual 3D suatu objek sehingga informasi yangterkandung dalam aplikasi dapat diserap dengan baik. Indonesiaterkenal akan keanekaragaman satwa yang tersebar di pulaupulau di Indonesia, namun sebab kurangnya media untukmemperkenalkan satwa langka di Indonesia menjadikan satwalangka yang ada tidak dikenal sehingga rentan akan perburuansehingga terancam punah. Tujuan penelitian ini adalah untukmembangun sebuah aplikasi Smartphone berbasis Android yangmemperkenalkan satwa langka yang ada di Indonesia. Aplikasiini diberi nama "Aria". Aplikasi ini menggunakan AugmentedReality dengan metode Markerless Augmented Reality menjadikanaplikasi ini mudah digunakan dimana saja. Aplikasi ini berbasisAndroid. Metode perancangan yang digunakan adalah MDLCMultimedia Development Life Cycle yang terbagi dalam 6 tahap,yaitu Concept, Design, Material collecting, Assembly, Testing,dan Distribution. Pembuatan aplikasi ini menggunakan softwareyang open source terbuka, yaitu Blender dan Unity yangdigunakan untuk pembuatan objek 3 dimensi satwa langkabeserta animasi dan pembuatan aplikasi berbasis Android. Dalampenelitian dapat diketahui bahwa Augmented Reality dapatdigunakan sebagai media pengenalan satwa langka di Indonesia,diharapkan aplikasi ini selanjutnya bisa dikembangkan untukberbagai platform juga dapat memuat informasi tentang seluruhsatwa langka yang ada di kunci - Augmented Reality, Android, Blender, MDLC,Satwa Langka, - Augmented Reality is a technology that can be utilizedin the development of applications today, with the AugmentedReality users will get a 3D visual form of an object so that theinformation contained in the application can be absorbedproperly. Indonesia is famous for the diversity of animals spreadacross the islands of Indonesia, but because of the lack of media tointroduce endangered species in Indonesia rare animals that arenot known so vulnerable to hunting so endangered. The purposeof this study is to build an Android-based Smartphone applicationthat introduces endangered species in Indonesia. This app isnamed "Aria". This application using Augmented Reality withMarkerless Augmented Reality method makes this applicationeasy to use anywhere. This app is Android based. Design methodused is MDLC Multimedia Development Life Cycle which isdivided into 6 stages, namely Concept, Design, MaterialCollecting, Assembly, Testing, and Distribution. Making thisapplication using open source software, namely Blender andUnity are used to create 3-dimensional objects of rare animalsand animation and manufacture of Android-based the research can be known that Augmented Reality can beused as a medium of introduction of endangered species inIndonesia, this application is expected to be developed for variousplatforms can also contain information about all the rare animalsin - Augmented Reality, Android, Blender, MDLC,Satwa Langka, – The purpose of this paper is to compare fundamental concepts from the grounded theory approach to social science research and concepts from entity‐relationship diagramming, a technique used to model data from the field of systems analysis, and propose that entity‐relationship diagramming can be a useful tool for grounded theory researchers. Design/methodology/approach – The paper compares and contrasts concepts from the two different fields, demonstrating the construction of an entity‐relationship diagram from data from an existing grounded theory research project, and the correspondence between the data model constructs and the grounded theory constructs. Findings – A strong correspondence was found between these two sets of concepts and suggests that the entity‐relationship diagramming technique may be a useful addition to the social scientist's toolkit when carrying out research using the grounded theory approach. Originality/value – The paper bridges two distinct fields – information systems and grounded theory – and proposes a novel way for qualitative researchers to analyse and depict data. Rocky TanaamahRetantyo WardoyoEast Sumba district has big tourism potency. However this potency has been ignored by tourist, because the lack of information. Currently information provided is only in static character. This research aims to determine tourism potency in East Sumba District with WebGIS implementation using Mapserver Opensource, PHP/Mapscript, and Arcview. This research found that 1 a simple data structure in MS4W was made to solve loading time problem; 2 in order to give detail information for tourist, data structure in Arcview covered village view or position; 3 an attractive facility in Tourism WebGIS of East Sumba District is searching facility search. This facility could assist the consumer in order to get detail information about the tourism WebGIS database location, 4 no resistance found when Tourism WebGIS of East Sumba District tested in various browsers. Abstract in Bahasa Indonesia Sumba Timur merupakan salah satu wilayah yang memiliki potensi pariwisata yang besar. Namun potensi pariwisata ini tidak dapat diketahui oleh wisatawan, dikarenakan kurangnya informasi tentang pariwisata Kabupaten Sumba Timur. Disamping itu, Informasi yang disediakan selama ini hanya bersifat statis. Mengacu pada pemahaman tersebut maka penelitian ini mengkaji Potensi Pariwisata Kabupaten Sumba Timur memanfaatkan WebGIS dengan menggunakan MapServer OpenSource, PHP, MapScript, dan ArcView. Berdasarkan pemahaman diatas, maka temuan dalam penelitian ini adalah 1 Struktur penyimpanan data dalam MS4W dibuat sesederhana mungkin; 2 Struktur tabel dalam arcview, perlu dibangun sampai tingkat desa untuk menberikan informasi posisi daerah wisata secara lebih detail; 3 Salah satu daya tarik dalam WebGIS Pariwisata Kabupaten Sumba Timur adalah fasilitas search pencarian. Kehadiran fasilitas search pada dasarnya untuk membantu pengguna dalam mendapatkan informasi dalam lokasi database WebGIS pariwisata secara detail; 4 Berdasarkan pengujian pada berbagai browser, maka WebGIS Pariwisata Kabupaten Sumba Timur pada prinsipnya tidak memiliki kendala yang berarti. Kata kunci WebGIS, Pariwisata, Sumba Timur— Kota Manado sebagai salah satu kota dengankeadaan penduduk yang makin padat dan masi banyaknyapenduduk kota manado yang belum memiliki izin mendirikanbangunan, dengan adanya Sistem Informasi Geografis ini. Makalebih memudahkan dinas terkait mengenai lokasi bangunanyang boleh untuk di dirikanya Izin Mendirikan Bangunan. Olehkarena itu, penulis membuat sistem informasi geografis izinmendirikan bangunan di Kota Manado berbasis web denganmenggunakan HTML HyperText Markup Language, PHP PerlHyperText Preprocessor, CSS Cascading Style Sheets danJavaScript database sistem dan google API untuk yang disajikan berupa foto bangunan, nama pemilik,lokasi, peruntukan, nomor SKRD Surat Ketetapan RetribusiDaerah, nomor IMB Izin Mendirikan Bangunan, tanggal, danluas. Dengan adanya Sistem Informasi Geografis ini diharapkandinas terkait dapat lebih mudah mencari lokasi yangdibolehkanya untuk membangun bangunan di Kota Kunci ; Kota Manado, Ssistem Informasi Geografis ,Google MapTentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan SatwaR IndonesiaR. Indonesia, "Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan Dan Satwa," Menteri Negara Sekretaris Negara Republik Indonesia, Jakarta, PrahastaE. Prahasta, Sistem Informasi Geografis -Konsep-Konsep Dasar Perspektif Geodesi & Geomatika, Bandung INFORMATIKA, on the Application of Geographic Information System in Tourism ManagementW WeiW. Wei, "Research on the Application of Geographic Information System in Tourism Management," in 2011 International Conference of Environmental Science and Engineering, 1104-1109, Sistem Informasi Geografis Untuk Menganalisis Genangan Air HujanS S SayogoS W Mudjonarko DanF HardaningrumS. S. Sayogo, S. W. Mudjonarko dan F. Hardaningrum, "Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis Untuk Menganalisis Genangan Air Hujan," NEUTRON, vol. 9, no. 2, pp. 43-56, 2009.

satwa dirgantara yang ditetapkan sebagai satwa langka adalah